Tak Berkategori

Advergame 

Apakah Anda bermain game sewaktu bekerja? Atau bermain game di waktu lenggang saat break? Game memang identik dengan permainan anak-anak. Namun di dunia yang sarat dengan pekerjaan dan stress, tidak sedikit para eksekutif juga mendapati diri mereka merasa disegarkan setelah bermain game tertentu kesukaan mereka. Bila Anda demikian, maka Anda akan menjadi bidikan yang tepat bagi advergame , suatu tren dalam industri game iklan yang merambah dunia online.


KREATIF KARENA DILARANG

Game iklan rupanya sangat tepat bila ditujukan untuk pasar anak-anak atau remaja. Mengapa iklan berupa game dibuat? Rupanya dibuat khususnya untuk membidik pasar anak-anak di mancanegara yang di Negara tersebut diatur oleh suatu regulas yang melindungi agar anak-anak jangan dijadikan menekuin atau objek iklan. Hal yang sama juga berlaku untuk manekuin orang manula.

Mereka menganggapnya tidak bermartabat bila anak-anak dan orang tua dijadikan model iklan untuk merayu pasar anak-anak atau pun orang tua agar membeli produk mereka. Tantangan seperti inilah yang harus dihadapi oleh para pemasar yang biasanya memasarkan produk makanan dan minuman. Sebaliknya daripada harus menantang peraturan pemerintah, mereka menjadi lebih kreatif dalam menciptakan objek-objek iklan hiburan yang menenteng merek suatu produk.

Biasanya regulasi tersebut diatur dalam Children's Online Privacy Protection Act (COPPA) termasuk juga pedoman yang dimuat Children's Advertising Review Unit (CARU). Kedua aturan tersebut mengharuskan para pemasar harus sangat berhati-hati terhadap karakter anak-anak di bawah usia 13 tahun yang masih sangat rentan dan dapat sangat dipengaruhi bahkan untuk produk yang sangat berbahaya berbeda dengan orang dewasa yang sudah dapat lebih menggunakan mentalnya dalam menyeleksi iklan yang berguna. Lain ladang, maka lain pula belalangnya, lain Negara lain pula aturannya.

Di Indonesia memang tidak ketat aturan yang menjadikan anak-anak dan orang manula sebagai objek iklan. Nah mengapa perlu dibatasi dan diatur oleh undang-undang? Karena kian bertambahnya obesitas dan kematian dini pada anak-anak yang sering memakan junk food, dan, para marketer junk fooddipersalahkan karena hal itu.


BERKOMUNIKASI KEPADA PASAR 

Perlunya para pemasar menggunakan advergame secara kreatif dan tidak menentang undang-undang yang berlaku sama seperti  yang mereka lakukan terhadap implementasi iklan rokok mereka. Kebanyakan advergame dapat digunduh (download) lewat berbagai situs web perusahaan-perusahaan yang menawarkan produk makanan dan minuman.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation (juli 2006), mereka mendapati bahwa advergame online berfomat arcade paling banyak digunakan hingga 29%, berformat sports simulasi 18%, jenis  petualangan (adventure) 10%, sedang berbentuk advergame yang digunakan dibawah 10% adalah puzzle seperti jigsaw maupun teka-teki silang, utak-atik otak lewat pencocokan gambar, trivia dan permainan yang menggunakan logika dan strategi, dan permainan  papan. Lihat saja kesuksesan Teenage Mutant Ninja, Mighty Morphin’ Power Rangers, Beanie Babies, Pokemon, dan sederetan produk anak-anak lain yang sukses secara komersial.

Kesuksesan seperti ini pula yang saya lihat ingin ditiru – sewaktu saya datang ke pameran di Surabaya tgl 1-2 September – banyak perusahaan yang mengiklankan produk makanan dan minuman, dan pameran yang sama pula akan diadakan di Kelapa Gading di pertengahan bulan September ini.

Lewat penggunaan advergame, Harris Interactive menyebutkan lewat laporan mereka di bulan agustus tahun ini, banyak perusahaan menyisipkan selebritis yang menggunakan produk mereka, atau menyusup lewat film dengan seorang actor menggunakan produk mereka, atau nama produk mereka muncul di suatu event.

Juga penggunaan animasi kartun di suatu pertunjukan di TV yang memuat produk dagangan mereka, atau muncul di video game yang bisa digunduh lewat berbagai situs web berbagi game. (dapat Anda ketikkan dengan frase “game sharing website”). Begitu juga penggunaan weblog yang khusus dibuat agar banyak orang memberikan komentar pada  produknya, maupun seorang pakar yang di-hire hanya untuk menulis blog yang menyanjung produk atau nama suatu perusahaan, seperti halnya blogger tenar Robert Scoble yang disewa oleh Microsoft untuk menyetir sentimen public terhadap Microsoft maupun produknya.

Namun bagaimana anak-anak menanggapi berbagai macam iklan yang ditujukan untuk dirinya? Data dari Harris Interactive rupanya menunjukkan bahwa 57% anak-anak maupun para remaja merasa skeptis secara logika sehubungan dengan kebenaran dari apa yang mereka lihat di suatu iklan sedangkan sisanya menganggap bahwa apa yang diiklankan memiliki nilai kebenaran.

Dan dari yang 57% itu mereka menyatakan  bahwa mereka melihat adanya trik yang dilakukan perusahaan pengiklan untuk merayu mereka membeli barang mereka. Kira-kira dua pertiga (73%) dari anak-anak di bawah usia 13 tahun sadar bahwa mereka sedang dirayu untuk membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan namun hanya sekadar mengumbar keinginan saja.

Nah bila data dari Harris Interactive ini benar, maka para pemasar di Indonesia bisa jadi kurang senang, karena fakta bahwa di usia dini mereka sudah tahu bahwa  iklan game itu hanya sekadar iklan namun tidak benar-benar sebenarnya yang mereka butuhkan atau bahkan di sisi lain para pemasar senang karena sebenarnya dari fakta ini, semestinya larangan langsung terhadap Iklan anak-anak seharusnya jangan dibatasi.

Namun  perhatikan, “yang penting untuk diingat adalah bahwa semakin muda seorang anak, semakin tidak mampu mereka membedakan antara game tersebut untuk menghibur atau sedang merayu. . .”, demikian kata Debra Aho Williamson, seorang senior analyst di eMarketer.

Situs web branded yang ditujukan untuk anak-anak umumnya dirancang menjadi suatu arena yang penuh permainan dan memiliki daya eksperiensial bagi para pengunjung, dan memiliki kemampuan “brand immersion” siapa pun yang mengunjunginya khususnya para anak dan remaja, dan itulah tujuan primernya. Advergaming, yang mengkombinasikan permainan game, telah menjadi sarana utama bagi para marketer untuk menarik dan mengeksploitasi anak-anak terhadap  produk online mereka.

Biasanya yang saya lihat situs web ini merupakan pelengkap dari berbagai upaya pemasaran mereka yang lain seperti iklan TV, namun melalui platform online, para pemasar akan dapat lebih mengeksploitasi mereka secara potensial demi kelangsungan engagement yang lebih lama dan  berulang. Namun pasalnya dalam konteks media online ini adalah, apakah sang anak dapat dengan cukup mampu memahami apakah benar suatu iklan adalah iklan.

Suatu studi di bulan juli ini yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation berkenaan iklan online untuk industri makanan yang diarahkan kepada anak-anak mengungkapkan bahwa 86% dari advergame yang ada di situs web mereka memiliki logo perusahaan mereka  yang ‘ndompleng’ di dalam game mereka, sedangkan karakter brand diselipkan sebanyak 44% di dalam gamenya.

Namun yang menekankan pada produk makanan atau minuman mereka berkisar 57%. Nah yang paling utama digunakan adalah game arcade dan game simulasi sport. Model game ini yang paling digunakan oleh industri makanan dan minuman.

Apakah hanya anak-anak saja yang harus dibidik? Adalah bijaksana untuk tidak berkonsentrasi penuh pada advergame saja, namun white paper yang diterbitkan oleh agen periklanan interaktif,Refinery.com fokuskan juga pada upaya untuk menjangkau orang tuanya dibandingkan semata-mata kepada sang anak. http://www.bjoconsulting.com/ezines/2008/edisi105.htm

Standar

Tinggalkan komentar